Perempuan Yang Memunggungi Matahari


Enam tahun tentu bukan waktu yang dilewati secara tidak sengaja. Jika di urai lagi, ada 72 bulan dan ribuan hari yang dihabiskan bersama-sama, membangun menara waktu sampai melahirkan kenangan yang akan terbawa sepanjang hidup. 

Selama bersama, kegetiran dan kebahagiaan silih berganti mewarnai menara itu. Kadang ada pelangi yang semburatnya membuat tempias cantik pada jendela kaca hingga rasanya ia ingin memeluk kekasihnya selama-lamanya.  Kadang ada hujan lebat yang masuk lewat selah-selahnya dan membuatnya ingin berlari sejauh mungkin. Tapi itu semua tak menggoyahkan apa-apa. Mereka melewatinya sampai pada tahun ke enam, tahun terakhir sebelum menara itu runtuh menjadi puing yang akan melukai dirinya sendiri ketika mencoba kembali.

Perempuan itu selalu bersikeras mengumpulkan puing-puing, menyusun kembali menara yang telah hancur oleh rapuhnya kekuatan mereka. Ia menyusunnya sendirian dalam kesepian dan kesibukannya merawat kenangan. Ia menyusunnya dengan do'a-do'a di tengah malam. Ia merayu Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan turun tangan untuk mengembalikan lengan kekasihnya. Ia seratus persen percaya tanpa berusaha meraih lengan kekasihnya dengan tangannya sendiri, mekipun ia tau bahwa kekasihnya telah merangkul perempuan lain.

Kekasihnya sudah hidup pada mata perempuan lain yang menjanjikan dunia kanak-kanak. Lelaki itu telah memilih untuk menjadikan kenangan sebagai kenangan dan melupakan perempuan yang sudah enam tahun bersamanya. Ia pusing menjadi dewasa. Ia butuh menjadi kanak-kanak yang penuh tawa. Dan sekarang ia telah menemukan rumah baru untuk selalu pulang dengan bahagia.

Perempuan itu kemudian memunggungi matahari. Punggungnya yang terbakar ia biarkan asal kenangan tetap hidup diantara lutut yang terpeluk tangannya sendiri. Ia menatap hari depan tanpa sinar. Ia menatap bayangan kekasihnya dalam kegelapan.

Dalam hari-harinya yang murung, perempuan itu masih merayu Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan turun tangan untuk mengembalikan lengan kekasihnya. Ia seratus persen percaya tanpa berusaha meraih lengan kekasihnya dengan tangannya sendiri, mekipun ia tau bahwa kekasihnya telah merangkul perempuan lain.


Share this:

CONVERSATION

1 comments:

Unknown said...


Ahaa, its pleasant dialogue about this piece of writing here at this blog, I have read all that, so at this time me also commenting at this place. hotmail sign in